Bandarlampung–Novel Coronavirus (2019-nCoV) memang tengah mewabah dan dinyatakan oleh World Health Organization (WHO) sebagai darurat dunia. Namun, dalam lingkup yang lebih dekat, ada penyakit yang sudah puluhan tahun “menghantui” masyarakat Indonesia dan sampai saat ini belum tertanggulangi dengan baik.
Adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dari nyamuk Aedes aegepty. Pada beberapa kasus, virus dengue juga disebarkan oleh nyamuk Aedes Albopictus yang merupakan penyebar virus cikungunya dan Zika.
Mirisnya, berdasarkan penelitian, Indonesia merupakan negara kedua dengan penderita DBD terbanyak di dunia setelah Brasil.
Sedangkan untuk Provinsi Lampung, pada bulan Januari 2020, Dinkes Lampung mencatat sebanyak 1055 kasus DBD dengan angka kematian sebanyak 5 orang.
Jumlah tersebut tersebar di 15 Kabupaten dan Kota yang ada di Provinsi Lampung, dengan rincian Pringsewu sebanyak 173 kasus, Lampung Selatan 134 kasus, Lampung Timur 129 kasus, Lampung Tengah 108 kasus, Lampung Utara 66 kasus, Bandar Lampung 63 kasus, Tulang Bawang dan Pesawaran 50 kasus, Tulang Bawang Barat 45 kasus, Way Kanan 44 kasus dan Pesisir Barat 3 kasus. Sedangkan untuk kasus kematian ada di Lampung Tengah 3 orang, Lampung Timur dan Pringsewu masing-masing 1 orang.
Kepala Seksi Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular Dinkes Lampung, Ismen Muchtar, SKM.M.Epid, mengatakan, guna mengantisipasi kian mewabahnya DBD, berbagai upaya terus dilakukan Dinkes Lampung. Baik melalui sosialisasi upaya pencegahan DBD dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai pola hidup bersih dan sehat (PHBS) ataupun melalui pengasapan (fogging) ke daerah-daerah yang di anggap rawan DBD.
Menurut Ismen, tingginya angka penderita DBD di Lampung dikarenakan masih kurangnya kesadaran masyarakat mengenai PHBS. Masih banyaknya lingkungan kumuh di perkampungan yang dibiarkan begitu saja tanpa adanya action dari warga untuk membersihkan dan mimimnya pengetahuan warga mengenai upaya-upaya pencegahan DBD dan mengenai pentingnya 3M (Menutup, Menguras dan Mengubur) tempat-tempat penampungan air.
“Dimusim penghujan sekarang ini rawan penyebaran DBD, Oleh karena itu dinkes terus memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai berbagai upaya pencegahan DBD dan membiasakan PHBS,” ujarnya.
Langkah tersebut diambil, imbuh ismen, karna kunci memerangi DBD ada pada masyarakat itu sendiri, menurutnya, jika masyarakat membiasakan PHBS dengan rutin melakukan 3M resiko terkena DBD bisa diminimalisir.
“Untuk diketahui, DBD tidak spesifik berkaitan dengan lingkungan kumuh saja, bahkan di lingkungan bersih juga bisa terjadi, karna nyamuk justru hidup di air bersih/jernih, karenanya langkah terbaik memutus rantai kembang biak nyamuk dengan rutin melakukan 3M minimal seminggu sekali,” pungkasnya.
Selain 3M, Ia juga mengingatkan masyarakat agar senantiasa membersihkan lingkungan, “Biasanya setelah turun hujan, wadah-wadah atau kontainer seperti cekungan di pohon, berbagai jenis daun misalnya daun pisang, semak belukar, talang rumah, ember, atau gelas yang tidak terpakai di tumpukan sampah berpotensi terisi air. Kemudian air menggenang, nyamuk suka bersarang dan bertelur di sana,” paparnya.(ibr)