Beranda Advetorial Advetorial: Melalui Pagelaran MMA Umar Ahmad Membuka Pintu Tubaba untuk Ilmuan dan...

Advetorial: Melalui Pagelaran MMA Umar Ahmad Membuka Pintu Tubaba untuk Ilmuan dan Mancanegara Dunia Hadir ke Tubaba

335
0
BERBAGI

PANARAGAN – Umar Ahmad Bupati Kabupaten Tulangbawang Barat (Tubaba) punya gagasan untuk memajukan kabupaten yang bermoto ragem sai mangei wawai itu dengan cara yang tak lazim yaitu pulang ke masa depan.

Bagai mana tidak kali ini orang nomor satu di tubaba tersbeut, memiliki visi besar yaitu pulang ke masa depan. Melalui kegiatan Sharing Time: Megalithic Millennium Art, mengajak seluruh ilmuan, seluruh budayawan dan seluruh seniman yang berasal dari seluruh dunia yang khususnya yang tergabung didalam kelompok joget amerta untuk hadir di tubaba.

“(Ulluan Nughik yang berarti Uluan (Atas) dan nughik yang berarti (Kehidupan), kita berada dikota awal kehidupan, dan kota ulluan Nughik adalah kota awal dari kehidupan. Sebuah kota yang diniatkan menjadi kota budaya berbasis ekologi,”kata Umar Ahmad pada pembukaan Sharing Time: Megalithic Millennium Art yang berlangsung di kota Uluan Nughik, Rabu (22/1).

Terhadap niat dan visi itu Lanjut Bupati almarhum bapak Suprapto Suryodarmo semasa hidupnya ingin merespon dari visi besar yang dimiliki oleh tubaba oleh karenanya beliau mengajak seluruh ilmuan seluruh budayawan seluruh seniman yang berasal dari seluruh dunia khususnya yang tergabung didalam kelompok joget amerta untuk hadir di tubaba.

Dalam memperkuat itu semua pihaknya telah menyusun langkah dan strategi yang pertama, mungkin ini agak lebih menyentuh pada wilayah-wilayah yang ekologi dan filosofis bahwa di tempat ini telah lahir sosok makhluk yang secara khusus disepakati dengan nama (hunian) artinya ditempati oleh manusia, jadi sebuah makhluk yang nantinya akan menjaga pepohonan, akan menjaga sumber-sumber air yang nantinya mungkin tutur-tutur ini akan menjadi skema pembelajaran di SD dan SMP yang ada di Tubaba.

“Kenapa lahir Hunian ditempat ini, karena sama-sama kita tahu bahwa dalam konsep-konsep ekologinya orang lampung, kita tidak mengenal konsep pandawa kita hanya mengenal konsep kurawa jadi orang lampung mengajarkan kebaikan dengan banyak menyebut hal-hal yang banyak (buruk),”ujarnya.

Sambung Umar misalnya contoh orang pagar dewa menyebut duguk, orang panaragan ada kures, dipenumangan ada cutbacut, dan dikarta ada cebuk semua makhluk yang menggambarkan tentang sifat-sifat buruk manusia. Sifat rakus, sifat tamak dan lain-lainya.

“Maksudnya adalah ketika kita tidak mau disebut sebagai orang yang berbuat jahat maka kita jangan berbuat buruk dan kita harus melakukan kebaikan, lalu setelah orang lampung itu berbuat baik apa sebutanya ternyata tidak ada, sebutan untuk orang yang berbuat baik ditanah lampung ini tidak ada kenapa hal itu terjadi karena bagi orang lampung baik itu adalah kewajiban tidak perlu dihargai jadi beebuat baik sesama manusia itu adalah kewajiban,”urainya.

Perbuatan baik itu kata orang nomor satu di tubaba ini, tidak perlu diagung-agungkan tetapi masa sekarang rasanya penting bahwa kebaikan itu “harus disebar luaskan” kepada orang lain sehingga kebaikan yang kita tanam ini bisa benar-benar meluas ditanah yang kita cita-citakan ini.

Oleh karenanya sekali lagi saring time megalitikum art ini adalah sebuah gagasan yang digagas hasil berdiskusi dengan alm Mbah prapto suryodarmo yang ketika itu beliau meresponnya dengan sangat cepat dan bahkan sampai pada titik beliau menentukan ada satu titik yang musti digagas ditulang bawang barat dan didalam saring time ini kita juga ingin memberikan sebuah tanda yang akan menjadi kenangan untuk masa-masa yang akan datang.

Kiranya setelah stumhight 5000 tahun yang lalu rasanya manusia jarang menggagas tempat-tempat yang bersifat megalitikum oleh karenanya kita ingin menandai relasi yang intinya adalah bagaimana menjaga hubungan relasi manusia dengan alam.

Pada penutupan pagelaran seni Sharing Time: Megalithic Millennium Art orang nomor satu tubaba itu menyampaikan Megalitikum milineal art, bukan hanya sekedar kepentingan tubaba saja tetapi kepentingan kebudayaan serta mengharmonikan lagi menseleralaskan lagi antara manusia dengan alam.

“Jadi pesan-pesan dari sharing megalitikum milineal art kita berbicara bagaimana alam tentunya itu sudah berbicara soal masa depan, mudah-mudahan jejaring ini akan menjadi semakin besar tidak hanya sekedar jejaring seni tetapi jejaring yang lebih besar lagi soal ekologi, soal pangan, dan lain-lainnya, kita berharap bahwa kehadiran orang-orang mancanegara ini dapat mengidukasi masyarakat tubaba,”urainya.

“Ada semacam tukar pikiran antara masyarakat yang datang. Dan akan ada banyak kegiatan-kegiatan yang akan kita kreasikan untuk mendidik masyarakat tubaba. Kedepannya,”ujarnya.

Sebuah tanda yang akan menjadi, kemarin ada sebuah tanda, dan selama 5 hari ini kita tidak hanya sekedar berbegerak, tetapi gerak yang menimbulkan gerakan walaupun tepukan kita hanya sebelah tangan tetapi tepukan sebelah tangan itu lebih gemuruh dari bertepuk dengan dua tangan.

Atas nama pemerintah dan warga masyarakat tubaba kepada semua teman-teman yang sudah hadir dari seluruh dunia kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan secara khusus kepada Moris kami juga ingin mengucapkan selamat karena kemarin dihadapan seseorang yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan ditubaba ini, dihadapan minak pati pejurit minak kepala bumi moris memeluk islam sekali lagi selamat dan mudah-mudahan konsisten. Terimakasih untuk semuanya pintu tubaba sudah kami copot sehingga kalian semua boleh keluar masuk.(ADV)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here