GUNUNG SUGIH (rakyatlampung.id) — Penderita penyakit Tuberkulosis (TBC) di Lampung Tengah mencapai ribuan dan diperkirakan terus bertambah. Belum maksimalnya pendeteksian penderita TBC, belum semua tenaga kesehatan memahami ISTC dan tingkat kesejahteraan yang masih cukup rendah membuat penanggulangannya menemui banyak kendala.
Koalisi Organisasi Profesi Indonesia untuk Penanggulangan Tuberkulosis (KOPI TB) Lampung Tengah dibentuk untuk bersama-sama menanggulangi TBC yang dinilai sangat berbahaya karena menular dengan cepat dan membunuh diam-diam.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Lamteng, dalam sambutan Kepala Dinas yang dibacakan Kasi P2PM Bambang Setiawan, penderita TBC yang sudah terdata mencapai 2.857 jiwa. Diperkirakan jumlah sebenarnya berada diatas tiga ribuan.
Penderita TBC di Lampung Tengah selama ini terdeteksi dari fasilitas kesehatan publik seperti puskesmas dan rumah sakit. Sebagian kecil juga terdeteksi dari layanan kesehatan swasta.
Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesra Kusuma Riyadi yang mewakili Bupati Loekman Djoyosoemarto mengatakan 74 persen penderita TBC mendatangi tempat pelayanan kesehatan swasta. Padahal notifikasi penderita TBC di faskes swasta rendah. Adanya KOPI TB Lamteng diharapkan mampu mendorong organisasi profesi bidang kesehatan bekerjasama menanggulangi TBC.
“Tak semua penderita, terutama di layanan swasta, tercatat dalam sistem. KOPI TB dibentuk untuk penguatan kerjasama penanggulangan TB,” kata Bambang Setiawan.
Ketua KOPI TB Provinsi Lampung dr. Wahyu Wibisana mengatakan, adanya KOPI TB di Lampung Tengah diharapkan mampu mendorong pembuatan regulasi dalam penanggulangan TBC. Sebab adanya payung hukum memungkinkan penanggulangan TBC didanai dan dilakukan secara lebih serius.
Sementara, ketua KOPI TB Lamteng dokter Josi Harnos mengatakan TBC adalah masalah besar. Penyakit itu adalah silent killer yang penularannya sangat cepat. Sebagian besar penderita TBC adalah kalangan menengah ke bawah yang kurang memahami TBC. zul